News Update :

Tawakkal Dalam Bekerja

Rabu, 21 Maret 2012

[caption id="attachment_376" align="alignright" width="350" caption="Tawakkal Dalam Bekerja"]      Tawakkal Dalam Bekerja[/caption]

   “Cukuplah Allah sebagai Wali dan penolong Bagi Siapa Saja yang Bertawakkal Kepada-Nya”


             Allah Subhanahuwata’ala telah mensyariatkan didalam kitab-Nya dan menganjurkan kepada hamba-hamba-Nya untuk bekerja dalam rangka memnuhi kebutuhan-kebutuhan mereka yang bersifat lahiriyah.Allah Subhanahuwata’ala berfirman;

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ


فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ




”Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”(QS.AL-Jum’uah:10)



Bahkan Allah Subhanahuwata’ala telah mempersiapkan waktu yang terbaik bagi hamba yang bekerja.Allah Subhanahuwata’ala berfirman;




وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ آيَتَيْنِ فَمَحَوْنَا آيَةَ اللَّيْلِ وَجَعَلْنَا آيَةَ النَّهَارِ مُبْصِرَةً لِتَبْتَغُوا فَضْلا مِنْ رَبِّكُمْ


”Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari karunia dari Tuhanmu.(QS.Al-Isra’:12)

Imam Ath Thabari Rahimahullah berkata;”Allah menyebutkan dalam ayat ini bahwa diantara nikmat yang Allah anugerahkan kepada kalian,wahai manusia,Dia membedakan antara tanda malam dan siang.Yaitu dengan menjadikan malam lebih gelap dan siang lebih terang.Agar kalian dapat beristirahat diwaktu malam,dan disiang hari bekerja mencari rezki Allah yang telah Dia takdirkan untuk kalian berdasarkan karunia-Nya.”
Sedangkan dalam surah An-Naba’ Allah Subhanahuwata’ala mempertegas;

وَجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًا - وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ لِبَاسًا


”Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian, dan Kami jadikan siang untuk mencari Ma’isyah”

Demikian pula Allah Subhanahuwata’ala membimbing hamba-hambanya agar ketika bekerja dalam rangka mencari Mai’syah,hendaklah senantiasa dan selalu menyertakan Allah Subhanahuwata’ala dalam usahanya tersebut.Yakni dengan bertawakkal kepada Allah baik ketika memulai usahanya,atau sedang menjalani,bahkan di saat mengakhiri usahanya.Allah Subhanahuwata’ala berfirman;

فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ


” Kemudian apabila kamu telah ber’azam, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.”(QS.Ali Imran:159)

Ber’azam artinya bekeinginan kuat (bertekad) dan telah mantap niatnya.Bila seorang hamba telah bertekad bulat untuk memulai atau menjalankan suatu usaha dan ia yakin bahwa usaha yang akan ia jalani, tidak menyelishi syariat,maka segeralah ia laksanakan sambil bertawakkal kepada Allah Subhanahuwata’ala.Dan dia telah menyematkan tawakkal itu pada dirinya,maka Allah Subhanahuwata’ala akan mencukupinya dan menjadi pelindung yang paling baik dalam usahanya itu.Allah Subhanahuwata’aIa berfirman;

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجً


”Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar”.(QS.Ath-Thalaq:3)

Allah Subhanahuwata’aIa berfirman;

 عَنْهُمْ وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلا


“Dan bertawakkallah kepada Allah,dan cukuplah Allah sebagai pelindungmu”(QS.An-Nisa :81)

Ibnu Katsir Rahimahullah berkata “Yakni cukuplah Allah sebagai wali dan penolong bagi siapa yang bertawakkal kepada-Nya”.
Diantara yang dibimbing Allah Subhanahuwata’aIa adalah sebagaimana yang disebutkan dalam hadits yang dikeluarkan oleh Imam Tirmidzi dari Umar bin Khaththab dari Nabi,beliau Sallallahualaihiwassalam bersabda;
“Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan tawakkal yang benar,Niscaya Allah akan memberkan rezki kepada kalian sebagaimana Dia memberikan rezki kepada burung yang pergi (keluar dari sarangnya) diwaktu pagi dalam keadaan lapar dan pulang pada sore hari dalam keadaan kenyang.”(1)
Lihatalah! Bagaimana hasil dari orang yang bertawakkal kepada Allah Subhanahuwata’aIa .Renungkanlah hadits diatas!Allah Subhanahuwata’aIa akan memberikan rezki dari usaha yang kita jalani bila tawakkal kita telah benar.
Berikut ini,kami mencoba untuk mengurai penjelasan hal yang diistilahkan dengan tawakkal,dengan harapan dapat memberikan pemahaman yang benar dan nantinya mampu mewujudkankannya dalam kehidupan agar kebahagiaan yang hakiki dapat diraih.Semoga Allah Subhanahuwata’aIa memberikan taufik-Nya.
Tawakkal secara substansi memiliki peran yang sangan urgen dalam kehidupan yang dijalani oleh setiap hamba.Tawakkal di tinjau dari etimologi berasal dari kata  و كل    atau كا لو   yang artinya menyerahkan urusan atau mewakilkan.Jika dikatakan bahwa si A mewakilkan suatu urusan kepada si B,artinya ia menyerahkan urusan kepada si B karenanya kepercayaannya bahwa si B mampu menyelesaikannya,sementara ia sendiri tidak mampu (Lisanul Arab) sedangkan artinya,menampakkan ketidak mampuan dalam suatu urusan dan bersandar kepada salainmu (Muj’amul Maqayis).Adapun bila ditinjau dari istilah syariat ,para ulama mendefinisikan dengan lafadz yang berbeda,namun pada hakekatnya mengandung makan yang sama.Bisa kita simpulkan sebagai berikut:
*Mengenal Allah Subhanahuwata’aIa dengan sifat-sifatNya,bahwa Dia adalah Dzat yang segala urusan akan kembali kepada-Nya dan bahwa semua yang terjadi adalah tidak lepas dari kehendak dan takdir-Nya,dan bahwa Dialah yang member kecukupan.
Semakin banyak pengetahuan tentang Allah Subhanahuwata’aIa dan sifat-sifatnya,Semakin benar dan kuat tawakkalnya.Hal ini sebagaimana firman Allah Subhanahuwata’aIa;

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لا يَمُوتُ


“Dan hendakklah engkau bertawakkal kepada Dzat yang Maha Hidup dan tidak akan mati.”(QS.Al Furqan:58)

Di ayat ini Allah Subhanahuwata’aIa memerintahkan untuk bertawakkal dengan menggunakan salah satu sifat-Nya yang paling sempurna,yaitu al-Hayyu (Yang Maha Hidup).
*Menjelaskan Sebab yang diperintahkan syari’at.Berdasarkan firman Allah Subhanahuwata’aIa dalam surah Al-Jum’uah;

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ


”Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”(QS.AL-Jum’uah:10)

*Tidak serta merta menyandarkan pada ‘sebab’ atas apa yang ia raih.
*Hanya bersandar dan pasrah kepada Allah Subhanahuwata’aIa dengan menyerahkan segala urusan kepada-Nya.
*Ridho terhadap hasil diraihnya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam ‘Ubudiyah ’ mengatakan,”Tawakkal merupakan bentuk meminta tolong kepada-Nya,dan termasuk Ibdah kepada Allah Subhanahuwata’aIa ,”Ibnul Qoyyim al-Jauziyah dalam Madarijus Salikin juga berkata,”Tawakkal merupakan setengah agama,setengahny lagi adalah inabah.Agama itu adalah isti’anah (Meminta pertolongan) dan Ibadah,maka tawakkal adalah isti’anah dan inabah adalah ibadah.”
Lebih lanjut lagi Syaikhul Islam berkatata,”Semakin kuat keinginan hamba dalam meraih karunia,rahmat Allah Subhanahuwata’aIa dan harapan kepada-Nya untuk memenuhi kebutuhan hamba tersebut,semakin kuat pula sikap penghambaan-Nya kepada Allah Subhanahuwata’aIa serta semakin kuat pula sikap kebebasan dari pengahambaan kepada selain-Nya.Dan siapapaun hatinya bergantung kepada mahluk agar menolongnya,atau member rezki dan petunjuknya,hatinyapun akan tunduk kepada mereka dan jadilah hal ini bentuk penghambaan kepada mereka sesuai kadar ketundukan hatinya kepada mereka,walaupun pada kenyatannya ia adalah pemimpin mereka.Jika seorang laki-laki hatinya tertambat pada seorang wanita,walaupun wanita itu halal baginya,jadilah hatinya bagaikan tawanan dihadapan wanita tersebut,yang mana sang wanitalah yang mengaturnya,bertindak sekehendak si wanita atas dirinya ( laki-laki itu ) padahal pada kenyataanya ia adalah suami dari wanita tersebut.Dan hati yang tertawan lebih besar dampaknya dibanding dengan badan yang tertawan.”
Dari uraian diatas ,perlu dipahami bahwa meninggalkan ‘sebab’ (usaha) tidak ada kaitannya dengan tawakkal sama sekali.Itu Hanyalah perbuatan orang-orang yang malas yang hanya ingin berleha-leha kemudian menganggap bahwa inilah tawakkal (2).Oleh karena itu,tidak sepantasnya seorang hamba bertopang dagu menuggu pemberian.Lebih buruk lagi bila ia menengadahkan tangan di hadapan orang lain.Imam Ahmad pernah ditanya tentang seorang laki-laki yang hanya duduk dirumahnya atau di masjid sambil berkata:”Saya tidak akan melakukan apa-apa sampai rezekiku dating kepadaku.”Beliau menjawab,”Orang ini jahil.” Kemudian beliau menyebutkan hadits Umar diatas (3).Sementara Ibnul Qoyyim berkata menyebutkan bahwa orang seperti itu lebih jahil dari seekor burung (4).
Dengan demikian ,ketika kita akan mencari rezki,jalanilah sebab-sebab yang bisa mengarahkan kesana.Persiapkanlah perangkat dan hal-hal yang sesuai dengan apa yang diharapkan.Allah Subhanahuwata’aIa berfirman;

وَلْيَأْخُذُوا أَسْلِحَتَهُمْ


“Dan hendaklah kalian menyandang senjata kalian..”(QS.An-Nisa:102)

Allah Subhanahuwata’aIa juga berfirman;




وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ


“Dan persiapkanlah apa yang kalian mampu dari kekuatan dan kendaraan untuk menghadapi mereka,yang dengan itu kalian membuat gentar musuh-musuh Allah dan musuh-musuh kalian.”(QS.Al-Anfal:60)

Allah Subhanahuwata’aIa juga berfirman;

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى


“Dan persiapkanlah bekal kalian,dan sebaik-baik bekal adalah taqwa..”(QS.Al-Baqarah:197)

Ketiga ayat diatas menyebutkan tentang perlunya persiapan ketika akan menjalani suatu usaha.Wallahua’lam
Oleh:Al Ustadz Abu Abdillah Diar
Disalin oleh SALAFIYUNPRESS.WORDPRESS.COM dari majalah BISNISMUSLIM edisi 1/1433/2012,hal 3-5.

Referensi:
• Tafsir Ath-Thobary
• Tafsir Ibnu Katsir
• ‘Ubudiyah,Ibnu Taimiyah
• Madarijus Salikin,Ibnul Qoyyim
• Mukhtashar Minhajul Qashidin,Al Maqdisy
• Tuhfatur Rabbaniyah Fi Syarhil Arba’in An-Nawawiyah
Catatan Kaki:
(1). HR.Ahmad,at-Tirmidzi,an-Nasa’I,Ibnu Majjah,Ibnu Hibban dan Hakim,At-Tirmidzi berkata:Hasan Shahih.

(2). Mukhtashar Minhajul Qashidin
(3). Tuhfatur Rabbaniyah Fi Syarhil Arba’in An-Nawawiyah
(4). Madarijus Salikin
Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright Salafiyunpress 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.