News Update :

Hakikat Kekayaan

Rabu, 21 Maret 2012

[caption id="" align="alignright" width="342" caption="Hakekat Kekayaan"]   Hakekat Kekayaan[/caption]

Sebuah jawaban yang manusiawi jika seseorang ditanya tentang arti kaya mereka akan menjawab orang yang memiliki harta.Namun itu jawaban sepintas yang memang terlontar disebabkan penilaian secara dhahir (kasat Mata).Seperti contoh yang terjadi pada Abu Dzar Al Ghiffari Roadhiallahuanhu ketika ditanya oleh Rasulullah Sallallauaihiwassalam tentang siapa orang kaya dalam riwayat berikut:
           “Dari Abdu Dzar Al Ghiffari Radhiallahuanhu berkata:Rasulullah Sallallahualihiwassalam bersabda:”Wahai Abu Dzar,Apa kamu memandang orang banyak harta itu adalah orang kaya?”Aku berkata :”benar ya Rasulullah “lalu Rasulullah Sallallauaihiwassalam bersabda:”Apa kamu memandang orang yang sedikit harta itu orang yang faqir?”Aku berkata:”Benar ya Rasulullah .”Kemudian Rasulullah Sallallauaihiwassalam bersabda:”Sesungguhnya kaya itu adalah kaya hati dan faqir itu adalah kefaqiran hati”(1)

Dari jawaban Rasulullah Sallallauaihiwassalam menunjukkan bahwa hakikat kaya itu bukan dinilai dari apa yang tampak secara dzahir berupa harta yang melimpah.Tapi hakekat kekayaan adalah kekayaan hati,yaitu merasa qona’ah (cukup) dengan rizki yang Allah Subhanahuwata’ala karuniakan padanya merasa puas dan ridha atas ketentuan Allah Subhanahuwata’ala .Hal ini juga ditegaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah Radhiallahuanhu,bahwa Rasulullah Sallallauaihiwassalam bersabda:
“Bukankah kaya itu diukur dengan banyaknya harta,tapi kaya itu adalah kaya hati (hatinya merasa cukup dengan rizki yang ada”.(2)

Inilah hakekat kaya yang sesungguhnya,yaitu bukan dengan banyaknya harta.Begitu banyak orang yang diberi keluasan rizki oleh Allah Subhanahuwata’ala namun ia tidak pernah merasa puas dengan apa yang diberi.Orang semacam ini selalu berusaha keras untuk menambah dan terus menambah harta.Bahkan terkadang ia pun tidak perduli dari manakah harta yang diperoleh.Maka inilah sebenarnya maksud dari sabda Rasulullah Sallallauaihiwassalam tentang kefaqiran hati.Orang seperti inilah yang seakan-akan begitu faqir,sehingga berusaha keras untuk terus menerus meuaskan dirinya dengan harta.Kefakiran yang terus menuntutnya untuk terus mencari harta,tamak (rakus) dan tidak pernah letih untuk terus menambah hartanya.Sehingga tidak heran jika orang semacam ini selalu merasa kurang dan kurang.Inilah orang fakir yang sebenarnya.
Oleh karena itu hendaknya kita selalu meminta kepada Allah Subhanahuwata’ala kekayaan hati,seperti dalam hadits Abi Sa’id Al Khudri Radhiallahuanhu ,bahwa Rasulullah Sallallahualihiwassalam bersabda:
“Siapa yang meminta iffah (penjagaan kehormatan),Allah akan menjaga kehormatannya.Dan siapa yang meminta kekayaan (jiwa),Allah akan mengayakan (jiwanya).
Asy Syaikh Ibnu Utsaimin Rahimahullah menjelaskan makna sabda Rasulullah Dan siapa yang meminta kekayaan (jiwa),Allah akan mengayakan (jiwa) nya:”yaitu,siapa yang merasa cukup dengan apa yang ada disisi Allah dari pada apa yang ada ditangan-tangan manusia,maka Allah berikan kekayaan padanya.Adapaun yang meminta-minta kepada manusia dan merasa butuh kepada apa yang ada disisi mereka,maka hatinya akan selalu fakir (kekurangan)-Wal’iyadzubillah-dan tidak akan merasa cukup.Hakekat kaya itu adalah kaya hati.Jika seseorang meminta kecukupan dengan apa yang ada disisi Allah dari pada apa yang ada dimiliki manusia,Allah pasti mencukupinya dan Dia menjadikan jiwanya mulia yang jauh dari meminta-minta (kepada makhluk).(3)
Namun ,meskipun demikian bukan berarti kaya harta itu tercela.Yang tercela adalah mereka yang tidak qona’ah terhadap harta yang Allah Subhanahuwata’ala karuniakan kepadanya.Bahka Rasulullah Salllahualihiwasslam sering berdoa meminta kekayaan sperti dala riwayat:
“Dari Abdullah dari Nabi Sallallhualihiwassalam bahwa sesungguhnya beliau bersabda:”Ya Allah,sesungguhny aku meminta kepadaMua petunjuk,ketaqwaan,kehormatan dan kekayaan.(4)
Imam An-Nawawi Rahimahullah menjelaskan tentang makna ا لعفا فdalam hadits ini adalah menjauhkan dan menahan diri dari hal yang dilarang,dan makna لغنئ ا adalah ahti yang selalu merasa cukup dan tidak membutuhkan dari apa yang ada pada sisi manusia.
Kalau dia orang yang bertaqwa insya Allah banyak hikmah dari kekayaannya,mungkin bisa membantu sarana Da’wah,membantu saudara atau teman yang kesusahan dan sebagainya.Seperti dalam riwayat berikut ini Rasulullah Sallalhualihiwassalam bersabda.
“Tidak mengapa kekayaan bagi orang yang bertaqwa,dan kesehatan bagi orang yang bertaqwa lebih baik dari pada kekayaan,dan kebahagiaan dari itu adalah kekayaan.”(5)
Bahkan sungguh beruntung bagi mereka yang diakrunia rizki yang cukup yang disertai sifat qona’ah,seperti riwayat Abdullah bin Umar bin ‘Ash bahwa Rasulullah Sallallahualihiwassalam bersabda;
“Sungguh beruntung bagi mereka yang masuk Islam dan Allah beri rizki yang cukup lalu dia qona’ah dengan apa yang Allah berikan kepadanya.”
Yang pasti kekayaan dan kefakiran itu ujian dari Allah Subhanahuwata’ala ,barang siapa dengan kekayaannya dia bersyukur dan bisa menjadikannya pijakan untuk semakin dekat kepada Allah Subhanahuwata’ala sungguh dia telah beruntung di dunia dan akhiratnya insya Allah.Dan barang siapa yang bersabar dengan kefakirannya dengan tetap didalam ketaatan kepada Allah Subhanahuwata’ala dan tidak meminta-minta kepada manusia,mudah mudahan dimasukkan kedalam rombongan pertama yang masuk surge bersama Rasulullah Sallallahualihiwassalam.Allahul Musta’an

Oleh Al Ustadz Abu Usamah Yahya al-lijazy

Disalin SALAFIYUNPRESS.WORDPRESS.COM Dari Majlah Bisnis Muslim Edisi 01/1433/2012 hal-6-8
Catatan Kaki:
(1).Shohih Ibnu Hibban,Al Arnauth mengatakan sanad hadits ini shahih sesuai dengan syarat Muslim
(2).Al Bukhori 6446,Muslim 1051
(3).Syarah Riyadhu Shalihin hal.55
(4).Shahih Muslim 2721
(5).Ibnu Majjah no.2141 dan Ahmad 4/69.Di Shahihkan al Albani dalam Adabul Mufrad
Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright Salafiyunpress 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.